Kulit telur merupakan hal utama yang dapat dipakai
oleh konsumen untuk menilai penampilan sebutir telur secara eksterior. Telur
yang berpenampilan menarik akan memberikan nilai plus dan mampu memikat
konsumen. Sebutir telur terdiri atas : kuning telur (yolk) 31%, putih telur
(albumin) 59% dan kulit telur 10%. Walaupun keberadaannya hanya 10%, tetapi
dari penampilan kulit telur itu kita sudah dapat menerka keadaan pakan yang
diberikan kepada ayam
|
Telur yang sehat |
Kalau komposisi pakan cukup kandungan gizinya maka efeknya terhadap kulit telur atau pada telur secara keseluruhan juga akan baik.
Menurut Armen H.P (1991), kalsium merupakan unsur yang paling esensial dalam
pembentukan kulit telur dan pada kulit sebutir telur terdapat sekitar 2
gram kalsium. Kalsium tersebut dalam bentuk karbonat (CaCO3/, yang
terbentuk dalam jaringan kulit di dalam saluran oviduct ayam. Jadi ada
dua ion yang berperan dalam kesempurnaan kulit telur, yaitu ion kalsium
dan ion karbonat.
Pembentukan kalsium karbonat ini berhubungan erat
dengan ketersediaan kalsium dalam darah, karbondioksida dan ion bicarbonat
darah. Karbondioksida, selain berasal dari darah juga berasal dari metabolisme
sel-sel di dalam kelenjar kulit telur, sedangkan ion bicarbonat diduga juga
membantu pembentukan ion karbonat kulit telur.
Bicarbonat merupakan gabungan dari senyawa
karbodioksida (CO2) dan air (H2O), dan dalam pembentukannya dipengaruhi oleh
enzim carbonic anhydrase.
Kalsium dan pembuatan telur
Untuk mempercantik penampilan kulit telur, mutlak
diperhatikan kandungan kalsium dalam ransum. Sumber kalsium terutama adalah
tepung tulang, kulit kerang, kapur, tepung ikan atau bahan yang diramu dalam
bentuk grit.
Selain itu, harus diperhatikan pula keseimbangan
antara kalsium dan pospor, dimana perbandingannya adalah 2 : 1. peranan Ca dan
P saling terkait dan mempunyai hubungan yang menunjang satu sama lainnya.
Disamping itu penggunaan Ca dan P akan lebih efisien
bila dalam ransum cukup mengandung vitamin D. Vitamin D ini diperlukan untuk
mengabsorbsi unsur kalsium dalam tubuh ayam.
Pemberian Ca dan P dalam ransum dapat dikurangi bila
kadar vitamin D yang diberikan cukup.Pembuatan kulit telur dimulai dengan
dilepasnya kuning telur (yolk) dari ovarium ke oviduct. Di infundibulum yang
merupakan bagian pertama dari oviduct, kuning telur diterima dan dalam waktu 15
menit dikirim lagi ke magnum.
Di magnum inilah disekresi cairan putih telur
(albumin), yang kemudian dalam waktu 75 menit telur akan memasuki bagian
terakhir oviduct yaitu istmust. Di istmust ini telur mengalami tambahan air dan
garam-garam mineral. Selain itu terjadi pembentukan selaput tipis kulit telur
(inner danouther shell). Di uterus barulah terjadi pembentukan
kulit telur yang keras (egg shell), berupa kalsium karbonat. Kalau keadaan di
uterus kurang menguntungkan, seperti terganggunya produksi karbonat dalam
cairan uterus, akibat kurangnya input kalsium dari makanan maka telur yang
dihasilkan terutama kulitnya akan mengalami kelainan.Prosentase pemberian Ca dalam ransum dipengaruhi oleh
: keadaan produksi telur per ekor ayam (flock ayam), jumlah konsumsi ransum
oleh ayam dan kadar P dalam ransum.
Pemberian Ca yang terlalu banyak dalam ransum akan
menyebabkan terjadinya penimbunan kalsium pada kulit telur sehingga kulit telur
terlihat tidak rata.
Sebaliknya defisiensi Ca akan menyebabkan kulit telur
yang dihasilkan berkulit tipis dan lembek, selain itu ayam juga sering mematuk
atau memakan telurnya sendiri bila kekurangan Ca.
Selain dari kekurangan Ca, kulit telur yang tipis juga
disebabkan oleh temperatur panas yang terus-menerus. Karena pada waktu panas
terjadi peningkatan pengeluaran panas dengan cara penguapan air melalui saluran
pernafasan, sehingga menyebabkan berkurangnya ion CO2 dan HCO3- dalam darah.
Kedua ion ini akan menyebabkan rendahnya daya buffer
ion-ion tersebut. Akibatnya daya buffer ion hidrogen yang diperoleh selama
pembentukan kulit telur juga akan melemah
Hal itu mempengaruhi produksi ion karbonat dalam cairan
uterus, sehingga jumlah ion karbonat tidak cukup untuk mensuplai pembentukan
kalsium karbonat (CaCO3) yang berlangsung di uterus.
Itulah mengapa pada peternakan yang kurang baik
manajemennya di daerah tropis menghasilkan telur yang berkulit tipis dan
lembek.
Karena pada sebutir terkandung kalsium sebanyak
2 gram, maka kebutuhan ayam terhadap unsur ini sangat tinggi. Oleh sebab itu
dianjurkan pada peternak untuk dapat memperhatikan kandungan kalsium dalam
ransum ternaknya. Hal ini dimaksudkan untuk mengimbangi selera konsumen yang
tentunya selalu mengharapkan telur-telur yang dijual di pasaran mempunyai
ketebalan yang baik dan tahan terhadap penetrasi mikroorganisme.
sumbernya:www. poultryindonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar